Judul : Jejak Langkah
Penulis : Pramudya Ananta Toer
Penerbit: Hasta Mitra
Tahun : 2001
Tebal : 555+vi Halaman
Sekali lagi saya tidak dapat mengelak dari
kenyataan bahwa kecintaan saya pada tulisan Bung Pram atas jasa baik teman,
Arifin Suryo Nugroho penulis buku Fatmawati Soekarno (Ombak, 2010).
Buku ini merupakan buku ketiga dari
tetralogi Pramudya Ananta Toer yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak
Langkah, dan Rumah Kaca. Saya belum membaca semuanya, karena setelah membaca
buku pertama yaitu Bumi Manusia, saya langsung loncat ke buku ketiga yaitu
Jejak Langkah.
Saya setuju dengan Minke yang merupakan
tokoh utama dalam buku ini, bahwa apa yang kita tiru sebagian dari bangsa barat
bukan berarti kita kebarat-baratan, bukan berarti kita melupakan nenek moyang. Apa yang tidak diwariskan nenek moyang,
pantas kita cari dari negeri seberang. Saya seorang muslim dan di dalam ajaran
agama saya telah ada nasehat bahwa “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri
Cina”.
Minke laki-laki
Jawa namun dia bersepatu, berbahasa Belanda dan Inggris, menolak adat menyembah
kepada pembesar yang diajarkan nenek moyangnya, dan ikut serta mendirikan
organisasi modern.
Buku ini adalah
sebuah novel, walaupun bukan buku sejarah. namun dekat dengan sejarah. Ada
beberapa fakta yang disampaikan oleh Bung Pram, maka buku ini menjadi begitu
hidup.
Minke merasakan
betul bagaimana jatuh bangunnya dalam mendirikan sebuah organisasi yang modern.
Dan terasa betul dalam buku ini bahwa masa tahun 1908-an pembesar pribumi tak
lagi punya kuasa kecuali hanya sebagai anak buah pembesar Eropa.
Saya sadar bangsa
saya Indonesia belum sepenuhnya bangun dari keterpurukannya walaupun sudah
merdeka 65 tahun. Minke adalah salah satu sosok yang dihadirkan oleh Bung Pram,
sebagai lambang pribumi yang merindukan kemajuan Indonesia (dulu Hindia
Belanda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar