Kamis, 29 Maret 2012

Minke dalam Kemelut Organisasi


Judul : Jejak Langkah
Penulis : Pramudya Ananta Toer
Penerbit: Hasta Mitra
Tahun : 2001
Tebal : 555+vi Halaman



Sekali lagi saya tidak dapat mengelak dari kenyataan bahwa kecintaan saya pada tulisan Bung Pram atas jasa baik teman, Arifin Suryo Nugroho penulis buku Fatmawati Soekarno (Ombak, 2010).

Buku ini merupakan buku ketiga dari tetralogi Pramudya Ananta Toer yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Saya belum membaca semuanya, karena setelah membaca buku pertama yaitu Bumi Manusia, saya langsung loncat ke buku ketiga yaitu Jejak Langkah.

Saya setuju dengan Minke yang merupakan tokoh utama dalam buku ini, bahwa apa yang kita tiru sebagian dari bangsa barat bukan berarti kita kebarat-baratan, bukan berarti kita melupakan nenek moyang. Apa yang tidak diwariskan nenek moyang, pantas kita cari dari negeri seberang. Saya seorang muslim dan di dalam ajaran agama saya telah ada nasehat bahwa “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.

Minke laki-laki Jawa namun dia bersepatu, berbahasa Belanda dan Inggris, menolak adat menyembah kepada pembesar yang diajarkan nenek moyangnya, dan ikut serta mendirikan organisasi modern.

Buku ini adalah sebuah novel, walaupun bukan buku sejarah. namun dekat dengan sejarah. Ada beberapa fakta yang disampaikan oleh Bung Pram, maka buku ini menjadi begitu hidup.

Minke merasakan betul bagaimana jatuh bangunnya dalam mendirikan sebuah organisasi yang modern. Dan terasa betul dalam buku ini bahwa masa tahun 1908-an pembesar pribumi tak lagi punya kuasa kecuali hanya sebagai anak buah pembesar Eropa.

Saya sadar bangsa saya Indonesia belum sepenuhnya bangun dari keterpurukannya walaupun sudah merdeka 65 tahun. Minke adalah salah satu sosok yang dihadirkan oleh Bung Pram, sebagai lambang pribumi yang merindukan kemajuan Indonesia (dulu Hindia Belanda).

Tidak ada komentar: