Rabu, 26 November 2014

TIPS MENANG LOMBA MENULIS BUKU PUSKURBUK KEMDIKBUD


Yang saya tulis disini adalah Puskurbuk untuk kategori guru dan umum, untuk kategori siswa saya belum ada pengalaman. Maaf ya...
Puskurbuk Kemdikbud setiap tahunnya mengadakan lomba menulis buku dengan hadiah yang lumayan menggiurkan. Tahun 2012 dan 2013 juara satu 25 juta, juara dua 20 juta, dan juara tiga 15 juta. Semua akomodasi dan transportasi selama di Jakarta ditanggung oleh panitia, pokoknya gratis tis tinggal bobok manis :) Selain hadiah, ada juga acara jalan-jalan dan seminar tentang penulisan dari penulis-penulis handal.

Nah, berdasarkan pengalaman saya 90% pemenangnya adalah guru –dari seluruh penjuru Indonesia dari sabang sampai merauke- 10% nya baru penulis, dosen, seniman, dan profesi lainnya. Ini sekaligus mematahkan keyakinan saya lho “oh ternyata guru-guru juga produktif menulis, bahkan banyak dari guru-guru tersebut buku-bukunya sudah pada nangkring di rak toko buku ” Saya jadi malu dan minder saat itu, kerenlah pokoknya. 

saya dan para pemenang yang lain di museum nasional

Berikut saya tuliskan beberapa tips agar tulisan kita kemungkinan besar lolos seleksi dan menjadi juara. Saya tidak bermaksud menggurui (walaupun ini memang hari guru). Lha wong saya juga nggak pinter-pinter banget dalam hal menulis, kebetulan saja waktu itu bisa menang, mungkin jurinya nglindur pas ngoreksi naskah saya :D

Saya hanya ingin berbagi, semoga menginspirasi dan membawa manfaat terutama bagi yang membaca. Yang saya tuliskan disini tidak hanya pengalaman pribadi saya tapi juga saya kumpulkan dari hasil bertanya pada teman-teman alumni Puskurbuk 2012 dan 2013. Simak berikut ini:

Note: Perlu diketahui dulu ya, ada 3 sasaran pembaca buku kita yaitu siswa SD, SMP, dan SMA. Pemahaman ini penting untuk proses menulis naskah buku lomba. Artinya naskah kita harus disesuaikan dengan sasaran pembaca, kalau untuk siswa SD harus disesuaikan dengan bahasa, tingkat pengetahuan, dan pemahaman siswa setingkat SD. Begitu juga saat menulis untuk siswa SMP dan SMA harus disesuaikan juga. Jangan sampai menulis untuk anak SD bahasanya terlalu berat, terlalu susah dimengerti, dan lain sebagainya.

1.  Judul buatlah menarik, walaupun di beberapa kasus, judul tidak menarik tapi isi menarik tetap bisa menang. Tapi untuk menarik perhatian juri akan lebih baik jika judulnya unik. Contohnya: Negeri Jamur (menceritakan tanaman jamur untuk anak SD-kategori IPA) atau Jelajah candi-candi di Malang (menceritakan candi-candi di Malang untuk anak SMP-kategori IPS) 

2.   Tema yang tidak biasa. Untuk kategori biografi, sebaiknya menulis tokoh-tokoh lokal, dijamin 75% juri tertarik, karena tokoh lokal jarang ditulis. Itulah kenapa saya nggak pernah juara 1, dua tahun berturut-turut jadi anak bontot terus, alias juara 3. Juara 1 dan 2 semuanya tokoh lokal T__T. Jangan menulis tokoh-tokoh yang sudah banyak ditulis, walaupun tulisannya buagus, kemungkinan menang kayaknya kecil banget, hanya 0, 000xx% hoho…. Untuk IPA bisa mengeksplorasi tema-tema unik yang tidak banyak ditulis di buku, demikian juga untuk kategori IPA.

3.   Menggunakan bahasa sesuai dengan sasaran pembaca seperti yang saya jelaskan di bagian “note”

4.   Menggunakan sumber rujukan yang tepat sesuai dengan tema tulisan kita

5.   Dijilid dengan rapi, syukur-syukur sampulnya bergambar dengan kertas yang bagus. Dijamin juri langsung “ngeh” dan pengen baca

6.   Kalau usaha sudah maksimal tinggal berdoa saja, semoga naskahnya lolos dan menang

Apa saja yang ditanyakan juri saat wawancara?

Sesi wawancara hanya untuk peserta yang sudah lolos tahap 1. Artinya langkah untuk menjadi pemenang sudah 75%. Saat sesi wawancara, satu juri satu peserta. Dan pertanyaan yang biasanya muncul adalah:

·         Ide tema darimana?
·         Sumbernya apa saja dan darimana?
·      Isi dari tulisan kita diminta menceritakan. Berarti kita harus menguasai betul  tulisan kita. Kalau jurinya belum yakin maka akan dikejar terus, sampai juri yakin. Kalau mencurigakan biasanya juri akan rapat dengan juri lain untuk memutuskan apakah peserta lolos apa tidak. Kalau tidak berari pulang dan bye bye gak mungkin menang. Kalau lolos berarti ada kemungkinan menang entah juara 1, 2 atau 3.

·        Untuk ketrampilan harus dipraktekkan ditempat dan contoh jadinya juga ada. 

·      Juri berasal dari penulis-penulis TOP. Untuk sastra seperti novel cerpen akan diuji oleh penulis seperti Putu Wijaya, Helvy Tiana Rosa, Ahmad Fuadi dllnya. Untuk tulisan ilmiah lain biasanya guru besar dari UI UNJ atau Unpad sesuai dengan bidangnya masing-masing.

·   Pada saat wawancara sepertinya tidak ada waktu untuk nyontek ya, sehingga kita harus paham betul dengan apa yang kita tulis.  Tapi kalau naskah ditulis sendiri, dijamin hal ini bukan lagi kendala. 

Ayo, mulai dari sekarang dicicil nulisnya, setiap ada ide langsung ambil laptop dan ketik, ingat minimal 75 halaman ya. Untuk cerpen berarti kumpulan cerpen, untuk puisi juga sama kumpulan puisi,   

Nah, Untuk informasi lomba, sering-sering buka link ini ya http://puskurbuk.net/web13/.

Selamat hari guru, dan selamat berkarya……

Minggu, 23 November 2014

Menjadi Pemenang Sayembara Puskurbuk 2012



“Sering bermimpi untuk memenangkan lomba menulis, tapi tidak pernah terbayangkan sedikitpun justru mimpi itu terwujud disaat hamil besar, orang jawa bilang rejekine bayek (bayi)”

Bersama pemenang lain juga panitia

Itulah kalimat yang saya posting di FB saya bersamaan dengan mengunggah foto-foto. Memang ini adalah hal yang luar biasa buat saya pribadi. Sebagai orang yang tidak bisa menulis, dulunya. Kemudian mendapat kesempatan  bisa menjadi pemenang adalah nikmat yang tak terkirakan.

Semua itu berawal dari draf tulisan yang sudah saya buat tahun 2010. Draf tulisan biografi tentang seorang tokoh perempuan. Tahun 2012 oleh suami saya disarankan agar draf tersebut diperbaiki dan diikutkan sayembara menulis buku yang diadakan oleh Puskurbuk Kemdikbud. Awalnya saya tidak PD, sepertinya juga tidak menang. Lha wong saya tidak begitu pandai menulis, ya hanya taraf bisa saja.

Suami saya tentu saja ikut. Dia sudah pengalaman menulis karena beberapa tulisannya memang sudah diterbitkan. Saya sendiri juga sudah punya buku hasil kolaborasi dengan suami saat kuliah S2. Tapi kan waktu itu saya dompleng nama dia yang mungkin sudah dikenal oleh penerbit :) Tapi yang namanya usaha ya dicoba sajalah. Siapa tahu menang.

Sekitar 5 bulan kemudian, saat saya sudah pindah rumah surat pemanggilan sebagai calon pemenang datang. Surat dialamatkan ke rumah kontrakan lama, dan syukurnya ibu pemilik kontrakan mau mengantarkan suratnya ke rumah saya.  Karena terlalu bahagia saya sampai melompat-lompat waktu itu padahal sedang hamil 8 bulan.

Suami saya yang notabene sudah penulis sudah punya banyak buku malah tidak lolos. Mungkin tema yang ditulis kurang menarik bagi juri.


Meja saya selama proses lomba

Karena sedang hamil besar berangkatlah saya ke Jakarta di antar oleh suami. Semua peserta menginap di hotel Arya Duta. Semua transportasi dan akomodasi selama di Jakarta ditanggung oleh panitia. Pokoknya gratis tis tis. Bahkan pulang bawa hadiah belasan juta. Hadeh senengnya…

Trik menulis dari Helvy Tiana Rosa
Saya tidak ikut menari, perut sedang gede-gedenya karena hamil 8 bulan
Dari sinilah saya kemudian percaya bahwa tidak ada hal kecil asalkan kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Saya mendapatkan juara 3 sementara juara 1 dari Bali dan juara 2 dari Pasuruan. Banyak pemenang berasal dari kalangan guru. Saya kagum sama mereka yang produktif menulis di tengah-tengah iklim menulis yang rendah pada kebanyakan guru-guru di Indonesia. Sayangnya saat sesi ujian wawancara harus ada peserta yang dipulangkan karena naskahnya adalah hasil jiplakan. 

Saya acungi jempol panitia lomba karena mereka tidak menggunakan sistem urutan. Sehingga jika juara 1 misalnya terbukti plagiat, tidak secara otomatis juara 2 menjadi juara 1. Juara 2 tetap juara 2 sementara juara 1 nya akan dikosongi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kredibilitas perlombaan.

Selain melakukan ujian wawancara, peserta juga dibekali dengan ilmu penulisan dengan banyaknya seminar yang harus kami ikuti. Selain itu kunjungan ke Gramedia juga menjadi jadwal kunjungan para peserta. Sementara untuk wisata panitia mengajak ke TMII. Tentu saja senang karena bisa bertemu dengan penulis-penulis dari seluruh nusantara. 

Siapa saja yang ingin menang lomba sayembara menulis buku Puskurbuk. Ayo mulai dari sekarang dimulai membuat drafnya. Lomba diadakan setiap tahun, dan dimulai di pertengahan tahun. 

selamat berkarya






Sabtu, 22 November 2014

Chef Amatir



Hal-hal sepele ternyata bisa merubah hidup seseorang lho. Contohnya adalah saya sendiri. Saya dulunya jarang masak paling banter seminggu sekali, kalau tidak Sabtu ya Minggu, karena beberapa alasan:
  • Punya pembantu rumah tangga
  • Banyak warung yang menjual sayur matang lengkap dari A sampai C karena memang rumah saya dekat dengan kampus
  • Males :(
  •  Suami tidak pernah protes :)

Tapi entahlah mungkin karena doa-doa suami saya yang menderita karena tidak pernah dimasakin oleh istri akhirnya Tuhan memberikan saya pencerahan dan kesadaran dengan caraNya. 

Suatu hari saya, suami dan anak lanang pergi ke bazar buku yang digelar di GOR. Entah dapat wangsit darimana saya membeli buku masakan yang saat itu diobral dan harganya jadi Rp. 10.000. Bukunya bagus, kertasnya tebal dan gambarnya juga sip. Saya beli dua buku dengan menu Eropa dan satunya menu nusantara. Malamnya saya baca buku itu dari awal sampai akhir.                                        

Ehhhh…kok langsung punya keinginan besok pengen masak. Karena yang saya baca pertama adalah buku masakan Eropa, dan bumbunya agak beda, saya kemudian rajin hunting bumbu ke supermaket lengkap dengan saus-sausnya yang aneka warna.
Buku sakti yang sudah merubah hidup saya

Ini yang sekarang harus ada di dapur



Dicobalah menu pertama, rupanya berhasil, dan menu kedua ketiga keempat sampai seterusnya alhamdulillah berhasil. Setelah itu saya berubah 180 derajat, jadi ibu-ibu rumah tangga yang rajin memasak. Apalagi sekarang saya sudah tidak punya pembantu jadi praktis pekerjaan rumah tangga semua saya yang hundle. Lelah, tapi ya begitulah…. I’m full time of mommy.Alhamdulillah masih bersyukur dan bahagia.


Istri dan Asisten Pribadi

Ini adalah tulisan saya di blog lama yang sudah tidak dipelihara :( bertanggal 4 November 2013

Dimulai hari ini, Senin 4 November 2013 saya menjelma menjadi asisten pribadi bagi suami saya.

Kali ini suami ingin menulis sebuah tema yang sangat jarang ditulis oleh sejarawan. Bahkan salah satu buku sumber yang digunakan hanya ada di perpustakaan di salah satu kota di Belanda. Tidak kurang akal, suami saya meminta tolong salah satu temannya yang saat ini sedang studi di Belanda untuk memfoto buku tersebut dan mengirimkan file nya lewat email. Ini memang lebih sederhana dan murah.

kerjaan nambah, uang bulanan nambah nggak pak suami? :)
Nah tugas saya adalah menuliskan kembali kalimat dalam buku tersebut ke bentuk word (bukunya berbahasa Inggris). Dengan dipindah dalam bentuk word, akan memudahkan suami saya untuk menterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Buat saya ini tidak berat dan saya menjalaninya dengan enjoy. Karena sejujurnya saya lebih senang melihat suami saya sibuk menulis dan berkarya daripada sibuk dengan pekerjaan kampus yang sifatnya administratif. Namun begitulah pekerjaan, kita memang dituntut untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang bukan kesukaan kita.

Dan yang paling membuat saya senang dengan semua ini adalah. Saya menemukan suami saya seperti dulu ketika saya pertama kali berkenalan.

Guruku adalah Suamiku

Ini adalah tulisan saya di blog sebelah yang bertanggal 13 Oktober 2013, tepatnya sehari menjelang hari raya Idul Adha. Saya memang telah mencoba beberapa blog, dan saya pikir ini adalah blog yang paling cocok dan mudah tentu saja :)

Menjadi pemenang lomba menulis tingkat nasional adalah sebuah kebanggaan buatku, yang terus-menerus akan kuingat sepanjang hidup. Bukan masalah hadiah uangnya, namun masalah proses. Bagaimana untuk bisa sampai kesana itulah yang kadang membuatku geleng-geleng kepala jika mengingatnya. Dan lompatan yang terlampaui jauh pulalah yang membuatku heran dan tak habis mengerti. Walaupun aku juga tak bisa melepaskan semua ini dari pengaruh suamiku. Naskah yang aku lombakan itu aku buat sejak tahun 2010, dan aku ikutkan lomba di tahun 2012. Dua tahun waktu buatku untuk mengotak-atik, menambal sulam dan membongkar ulang di bagian tertentu.

Kadang aku kecewa, ketika naskah dibaca oleh suami. Kata-katanya adalah “naskah terlalu kering, harus didalami di beberapa bagian sehingga alur ceritanya bisa dinamis”. Oh…… ternyata untuk menulis sejarah pun harus pandai-pandai mengolah kata, karena itulah dalam sejarah ada yang disebut tahap interpretasi. Kalau Cuma kumpulan kata-kata, tulisan hanya akan seperti kamus. Benahi lagi dan cari sumber lagi.

Begitupun ketika aku sodorkan judul untuk tulisanku. Suami bilang, judul kurang cocok. Katanya, judul haruslah menggambarkan seluruh isi tulisan bukan cuma mewakili sebagian tulisan saja. Kalau novel atau kumpulan cerpen mungkin tak apalah judul seperti itu tapi untuk tulisan sejarah baiklah aku mengikuti apa katanya. Jadilah aku setiap harinya merenung, apa judul yang cocok untuk tulisanku. Sampai kutemukan judul yang pas, mewakili dan terkesan sedikit resmi namun tak terlalu panjang.

Tahun 2013 adalah tahun kedua buatku mengikuti lomba yang sama. Sampai tulisan ini kubuat, belum ada pengumuman siapa-siapa yang menjadi pemenang. Berharap menang lagi, tentu saja iya. Namun aku juga sudah siap jika tak menang, karena ini kompetisi, ada yang menang dan ada yang kalah.

Namun, lebih dari itu aku sekarang menyadari betapa memang Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan dan bukan apa yang kita inginkan. Selain aku belajar banyak tentang dunia tulisan kepadanya aku juga telah menjadikannya sebagai mentor pribadiku dalam belajar bahasa Inggris.

Mulai dari dasar lagi nih
Awalnya suami menyarankan agar aku les bahasa Inggris di lembaga tertentu dan dia siap untuk menanggung biaya. Karena cita-cita kami sama, ingin melanjutkan s3 ke luar negeri. Kemampuan bahasa Inggris suami sudah cukup bagus, sementara aku masih jauh alias sangat jelek. Namun setelah survey sana-sini, kok kelihatannya cukup mahal. Lebih baik uangnya untuk keperluan rumah tangga dan keperluan anak pikirku.

Dari situlah akhirnya aku memutuskan untuk belajar bahsa Inggris mandiri dengan modul dan buku yang aku beli di Gramedia, bila aku kesulitan tinggal bertanya ke suami. Intinya begini menurutku “Jangan gengsi bertanya ke suami jika tidak tahu, tidak mengerti atau kurang paham dengan apa yang dijelaskan oleh buku” Alhamdulillah suami menyambut baik niatku ini, dia juga telaten dan sabar menjelaskan, mengoreksi exercise ku, serta memberikan kritikan-kritikan untuk pemahaman bahasa Inggrisku yang masih kurang bagus dan saat tulisan ini aku buat, aku sudah belajar banyak dari suami.



                                

Oh........ Negerinya Sultan Khasanah Bolkiah

Ini adalah catatan di FB saya yang bertanggal 7 Oktober 2013


Dalam hidup kadang kita disuguhi kejadian yang mengejutkan.
Akhir tahun 2007 (masih menempuh studi S1 di Malang). Aku lupa kapan tepatnya. Saat itu aku sedang berada di rental komputer, maklum karena masa itu aku belum punya komputer sendiri apalagi laptop. Hp ku berbunyi, salah satu teman di UKM INKAI namanya Galih sms dan bilang kalau aku dapat undangan yang menyatakan bahwa aku dapat beasiswa pertukaran pelajar ke luar negeri. Wow berita yang sangat menggembirakan sekaligus meragukan. Aku hapal betul tabiat teman-teman di UKM yang suka jahil. Kemudian kubalas sms Galih begini “tenan Lih, gak ngapusi, nek tenan tak traktir mangan wes (beneran lih gak bohong, kalau bener aku traktir makan)”. Itu kulakukan untuk memastikan bahwa aku sedang tidak dijahili mereka.

Setelah selesai urusanku di rental komputer, aku pun bergegas ke UKM. Dan ternyata benar,  memang aku terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa Asean Student Exchange Program untuk keberangkatan tahun 2008. Aku ingat waktu itu girang bukan kepalang bahkan sampai lonjak-lonjak. Bayangan bahwa aku akan ke luar negeri gratis langsung lewat jelas di mata. Berulangkali  ku mengucapkan Alhamdulillah karena saking senangnya. Dari universitasku, terpilih 10 orang. Dan dari sepuluh orang itu aku adalah satu-satunya yang berjenis kelamin perempuan. Ini menjadikanku semakin merasa luar biasa.

Setelah semua mahasiswa yang terpilih berkumpul di kemahasiswaan kampus, kami diundi untuk menentukan dimana kami akan ditempatkan. Ada 8 mahasiswa ke luar negeri dan 2 mahasiswa dalam negeri yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, dan Papua. Aku kebagian Brunei Darussalam. Tak apalah pikirku waktu itu, yang penting ke luar negeri. Dari kemahasiswaan juga berpesan bahwa kami harus segera membuat paspor untuk persiapan keberangkatan, menggunakan uang pribadi dulu nanti akan diganti kampus. Kami bersepuluh pun akhirnya sepakat akan mengurus paspor bersama-sama di kantor imigrasi Malang. Tidak lama untuk mengurus paspor, hanya butuh kira-kira sepuluh hari. Setelah paspor jadi kami tinggal mempersiapkan diri, yang kebagian Filipina dan Thailand haruslah belajar bahasa Inggris sementara kami yang ke Malaysia dan Brunei cukup mengandalkan bahasa Melayu.

Kebahagian yang sudah kubayangkan itu lenyap begitu saja sewaktu ada pengumuman dari pihak kampus bahwa kami semua batal berangkat dikarenakan ada masalah di dikti. Padahal aku dan teman-teman sudah menunggu lama. Dan lebih tragisnya yang kebagian negara Thailand telah berangkat dan sudah pulang ke tanah air. Aku dan mahasiswa lainnya yang  belum berangkat tentu sangat kecewa namun bagaimana lagi. Dan saat itu terlalu muda buatku untuk memahami ada apa sebenarnya di dikti bagian urusan luar negeri itu.
kegagalan berangkat ke luar negeri kami mendapat beasiswa berupa uang tunai yang saat itu jumlahnya sangat lumayan. Aku hanya meyakini suatu ketika akan ada kesempatan lagi seperti ini atau paling tidak menciptakan kesempatan itu.


Surat keterangan yang menyatakan bahwa aku adalah salah satu penerima beasiswa   


Paspor yang kubuat tahun 2008 dan telah habis masa berlakunya januari 2013 lalu, 
sebelum kugunakan satu kali pun



  

Mahasiswa Baju Hitam Putih

Ini adalah catatan saya di FB bertanggal 23 Oktober 2013

Ini adalah tahun pertama saya menjadi DPP bagi mahasiswa PPL. Tentu istimewa buat saya. Pengalaman pertama selalu istimewa dan membawa kenangan tersendiri.

Datang ke sekolah, melihat mahasiswa PPL dengan baju hitam putih mengingatkan saya dengan kenangan ketika menjadi mahasiswa PPL, dulu sekitar 5 tahun yang lalu. Bedanya, dulu saya diuji, sekarang saya menguji. Dulu saya datang ke sekolah harus pakai hitam putih (seragam khas mahasiswa PPL), sekarang saya bisa datang dengan warna baju suka-suka. Dulu saya dinasehati, sekarang saya yang menasehati (atau sok menasehati). Dulu saya selalu kelabakan menyiapkan RPP dan perlengkapan untuk mengajar, sekarang saya tinggal bilang “mana RPP nya?” Dulu saya kurus, sekarang lebih gemuk.  Memang beda ya dulu dan sekarang.

Yang menarik buat saya adalah ternyata tidak selalu mahasiswa yang pandai di kelas mampu mengajar dengan baik, menyenangkan, dan memenuhi unsur-unsur penilaian dengan sempurna. Mereka yang selama ini saya kenal pendiam atau biasa-biasa saja di kelas justru mampu memberikan menampilkan terbaik. Ini tidak hanya dari saya, tapi beberapa rekan dosen pun mengakui hal ini. Sementara ada juga yang sebenarnya pandai di kelas tapi kurang beruntung dalam praktek. Saya bilang kurang beruntung karena belum bisa menghilangkan kegugupan ketika mengajar, sehingga penampilan mengajar jadi berantakan. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah proses. Proses bagaimana dari status mahasiswa menjadi setengah pengajar.

Mereka, ada yang semakin gemuk. Mungkin karena bahagia dan menikmati masa-masa PPL. Ada yang semakin kurus, alasannya capek karena setiap hari harus berangkat pagi pulang sore dengan begitu banyak beban tugas dan pekerjaan. Kebetulan PPL nya terpadu dengan KKN, ini berbeda dengan masa kuliah saya dulu dimana PPL terpisah dengan KKN.  Tapi buat saya yang terpenting adalah mereka menjadi dewasa dengan sendirinya, karena proses, karena tanggung jawab di sekolah.
Saya selalu bilang kepada mereka, masa-masa PPL harus dinikmati karena hanya terjadi seumur hidup (kecuali sebab-sebab tertentu). Besok, tugas mereka sebagai mahasiswa PPL sudah berakhir. Tugas saya pun juga sudah usai.