“Sering bermimpi untuk memenangkan lomba menulis, tapi tidak
pernah terbayangkan sedikitpun justru mimpi itu terwujud disaat hamil besar,
orang jawa bilang rejekine bayek (bayi)”
|
Bersama pemenang lain juga panitia |
Itulah kalimat yang saya posting di FB saya bersamaan dengan
mengunggah foto-foto. Memang ini adalah hal yang luar biasa buat saya pribadi. Sebagai
orang yang tidak bisa menulis, dulunya. Kemudian mendapat kesempatan bisa menjadi pemenang adalah nikmat yang tak
terkirakan.
Semua itu berawal dari draf tulisan yang sudah saya buat
tahun 2010. Draf tulisan biografi tentang seorang tokoh perempuan. Tahun 2012 oleh
suami saya disarankan agar draf tersebut diperbaiki dan diikutkan sayembara
menulis buku yang diadakan oleh Puskurbuk Kemdikbud. Awalnya saya tidak PD,
sepertinya juga tidak menang. Lha wong saya tidak begitu pandai menulis, ya
hanya taraf bisa saja.
Suami saya tentu saja ikut. Dia sudah pengalaman menulis
karena beberapa tulisannya memang sudah diterbitkan. Saya sendiri juga sudah
punya buku hasil kolaborasi dengan suami saat kuliah S2. Tapi kan waktu itu
saya dompleng nama dia yang mungkin sudah dikenal oleh penerbit :) Tapi yang
namanya usaha ya dicoba sajalah. Siapa tahu menang.
Sekitar 5 bulan kemudian, saat saya sudah pindah rumah surat
pemanggilan sebagai calon pemenang datang. Surat dialamatkan ke rumah kontrakan
lama, dan syukurnya ibu pemilik kontrakan mau mengantarkan suratnya ke
rumah saya. Karena terlalu bahagia saya
sampai melompat-lompat waktu itu padahal sedang hamil 8 bulan.
Suami saya yang notabene sudah penulis sudah punya banyak
buku malah tidak lolos. Mungkin tema yang ditulis kurang menarik bagi juri.
|
Meja saya selama proses lomba |
Karena sedang hamil besar berangkatlah saya ke Jakarta di
antar oleh suami. Semua peserta menginap di hotel Arya Duta. Semua transportasi
dan akomodasi selama di Jakarta ditanggung oleh panitia. Pokoknya gratis tis
tis. Bahkan pulang bawa hadiah belasan juta. Hadeh senengnya…
|
Trik menulis dari Helvy Tiana Rosa |
|
Saya tidak ikut menari, perut sedang gede-gedenya karena hamil 8 bulan |
Dari sinilah saya kemudian percaya bahwa tidak ada hal kecil asalkan kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Saya mendapatkan juara 3 sementara juara 1 dari Bali dan juara 2 dari Pasuruan. Banyak pemenang berasal dari kalangan guru. Saya kagum sama mereka yang produktif menulis di tengah-tengah iklim menulis yang rendah pada kebanyakan guru-guru di Indonesia. Sayangnya saat sesi ujian wawancara harus ada peserta yang dipulangkan karena naskahnya adalah hasil jiplakan.
Saya acungi jempol panitia lomba karena mereka tidak menggunakan sistem urutan. Sehingga jika juara 1 misalnya terbukti plagiat, tidak secara otomatis juara 2 menjadi juara 1. Juara 2 tetap juara 2 sementara juara 1 nya akan dikosongi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kredibilitas perlombaan.
Selain melakukan ujian wawancara, peserta juga dibekali dengan ilmu penulisan dengan banyaknya seminar yang harus kami ikuti. Selain itu kunjungan ke Gramedia juga menjadi jadwal kunjungan para peserta. Sementara untuk wisata panitia mengajak ke TMII. Tentu saja senang karena bisa bertemu dengan penulis-penulis dari seluruh nusantara.
Siapa saja yang ingin menang lomba sayembara menulis buku Puskurbuk. Ayo mulai dari sekarang dimulai membuat drafnya. Lomba diadakan setiap tahun, dan dimulai di pertengahan tahun.
selamat berkarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar